Jumat, 22 Mei 2009

KONSEP DIRI

Pengertian konsep diri
• Konsep diri adalah pengetahuan tentang diri, misalnya “saya kuat dalam matematika” (Wigfield & Karpathian, 1991).
• Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar (Potter & Perry, 2005).
Konsep diri memberikan kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen terhadap suatu situasi dan hubungan dengan orang lain. Konsep diri mulai dibentuk pada masa muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinyu mempengaruhi konsep diri.
• Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir tapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas dunia.
Konsep diri merupakan representasi fisik seorang individu, pusat inti dari “AKU”, dimana semua persepsi dan pengalaman terorganisasi. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variabel. Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama bertahun-tahun dan didasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. Reaksi orang lain terhadap tubuh seseorang
2. Persepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap diri
3. Hubungan dengan diri dan orang lain
4. Struktur kepribadian
5. Persepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri
6. Pengalaman baru atau sebelumnya
7. Perasaan saat ini tentang fisik, emosional dan social diri
8. Harapan tentang diri
Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan dan konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negative atau positif yang ditujukan pada diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.
Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri, karena keluarga dapat memberikan:
a. Perasaan mampu atau tidak mampu
b. Perasaan diterima atau ditolak
c. Kesempatan untuk identifikasi
d. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
3. Self Perception ( persepsi diri sendiri )
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep diri merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif:
• Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat.
• Mampu berpikir dan membuat keputusan.
• Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan.
• Percaya diri akan kemampuannya untuk memecahkan masalah
• Menerima pujian tanpa rasa malu
• Menyadari bahwa tiap manusia mempunyai kekurangan
• Mampu memperbaiki diri
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain.

Komponen Konsep Diri
1. Gambaran diri/citra diri (Body Image)
• Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar mencakup persepsi & perasaan tentang ukuran & bentuk, fungsi, penampilan & potensi yang secara berkesinambungan mecakup masa lalu & saat ini dimodifikasi dengan persepsi & pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998)
• Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan ( Keliat ,1992 ).
• Gambaran diri ( Body Image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih merasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
• Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
• Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri, adalah:
o Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang lain
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih merasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
o Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
Perubahan perkembangan yang normal seprti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah kemampuan berjalan. Perubahan ini bergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (missal menopause selama masa dewasa tengah). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran dan mobilitas dapat mempengaruhi citra tubuh.
o Sikap dan nilai kultural
Muda, cantik dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat Amerika, fakta yang selalu ditayangkan dalam televisi, film dan iklan. Dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat positif karena orang dengan usia tua dihormati. Kultur barat telah terbiasa dengan pandangan untuk takut terhadap penuaan yang sebenarnya normal. Menopouse dalam kultur lain dipandang sebagai waktu dimana wanita mencapai kekuasaan dan kebijaksanaan. Dalam kultur barat, wanita menopouse kurang disenangi secara seksual.
o Realitas perubahan tubuh
Citra tubuh hanya bergantung sebagian terhadap realitas tubuh. Seseorang pada umumnya tidak mengadaptasi dengan cepat terhadap perubahan tubuh. Seringkali terjadi misalnya seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak menganggap diri meraka kurus. Lansia seringkali mengatakan bahwa meraka tidak berbeda. Orang yang dulu kurus dan mengalami peningkatan berat badan yang besar menganggap berat badan mereka tetap sampai akhirnya mereka sadar bahwa pakaian mereka menjadi sempit atau ada orang yang mengatakan bahwa dia berubah menjadi gemuk.
2. Ideal diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Ideal diri merupakan hal penting atau paling pokok bagi seseorang dalam menetapkan konsep dan karakteristik yang diinginkannya.
Standar yang berhubungan dengan ideal diri adalah:
• tipe orang yang diinginkan sejumlah pribadi
• Cita-cita dan nilai yang ingin dicapai
• aspirasi tujuan dan hasil
• Kebudayaan
• Norma masyarakat
• kemampuan individu
Ideal diri seseorang mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh yang memberikan tuntunan dan harapan, orang yang penting dalam dirinya.
Pada usia remaja ideal diri seseorang dibentuk oleh proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman (tempat berinteraksi).
Menurut Ana Keliat ( 1998 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
• Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
• Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
• Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
• Kebutuhan yang realistis.
• Keinginan untuk menghindari kegagalan.
• Perasaan cemas dan rendah diri.
Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai (Keliat, 1992 ).
3. Harga diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sundeen, 1998).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri tinggi atau harga diri rendah tergantung pada:
• Jika individu selalu sukses maka akan memiliki harga diri yang tinggi
• Jika individu tersebut sellu mengalami kegagalan maka akan menghaslkan harga diri yang rendah
Harga diri individu mengalami perkembangan semenjak masa anak-anak dan remaja dan menjadi lebih stabil pada masa dewasa.
Dalam tahap belajarnya, pada masa anak-anak, individu akan menerima dari orang tua dimana individu akan mengikutkan penilaian dan harapan dari orang lain untuk membentuk diri secara ideal, yang kemudian individu tersebut akan mengevaluasi diri sehingga muncul dalam kedewasaan dengan suatu harga diri inti atau dasar.
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah. Harga diri tinggi terkait dengam ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia.
4. Peran diri/penampilan peran (Role Performance)
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi. Sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, ketika bayi berespon terhadap orang dewasa dan orang dewasa berespons terhadap perilaku bayi. Polanya stabil dan hanya sedikit berubah selama masa dewasa. Anak belajar perilaku yang diterima oleh masyarakat melalui proses berikut :
a. Reinforcement-extinction
Perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, bergantung pada apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan dan dihukum.
b. Inhibisi
Seorang anak belajar memperbaiki perilaku bahkan ketika berupaya untuk melibatkan diri mereka.
c. Substitusi
Seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lainnya yang memberikan kepuasan pribadi yang sama.
d. Imitasi
Seorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota sosial atau kelompok kultural
e. Identifikasi
Seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stressor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :
a. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan yang spesifik tentang peran yang diharapkan .
b. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan peranannya.
c. Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang di emban.
d. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
e. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan.
5. Identitas diri (personal identity)
Identitas diri adalah keadaan, sifat, ciri-ciri khusus seseorang (Poerwodarminto, 1995).
Stuart & Sundeen (1998), identitas diri adalah keadaan akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari apa yang kita katakana tentang diri kita.
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain namun menjadi diri yang utuh dan unik.
Pembentukan identitas diri
• Mulai pada masa bayi
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat,1992).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Anak belajar tentang nilai, perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak mengidentifikasi pertama kali dengan orang tua, kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan pujaan.
• Berlangsung sepanjang kehidupan
Untuk membentuk identitas anak harus mampu membawa semua perilaku yang dipelajari ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten, dan unik. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
• Tugas utama pada masa remaja
Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan social. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mereka mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas. Seseorang dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah.
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari perilaku dan perasaan seseorang (ciri identitas ego) seperti:
• Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan berbeda dengan orang lain
• Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya
• Individu mengakui dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan prilaku secara harmonis
• Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan sosialnya
• Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang
• Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan direalisasikan (Meier dikutip Stuart and Sudeen, 1991)

Kepribadian yang sehat:
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal berikut ini:
• Citra tubuh yang positif dan sesuai
• Ideal diri yang realistik
• Harga diri yang tinggi
• Penampilan peran yang memuaskan
• Rasa identitas yang jelas
• Konsep diri yang positif

Tidak ada komentar: