Jumat, 22 Mei 2009

KONSEP DIRI

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu dalam mengembangkan konsep diri yang positif.
0 - 1 tahun
- Mulai untuk mempercayai
- Membedakan diri dengan lingkungan 1 - 3 tahun
- Mempunyai control terhadap beberapa bahasa
- Mulai menjadi otonom dalam pikiran dan tindakan
- Menyukai tubuhnya
- Menyukai dirinya
3 - 6 tahun
- Mengambil inisiatif
- Mengidentifikasi jender
- Meningkatkan kewaspadaan diri
- Ketrampilan berbahasa meningkat 6 - 12 tahun
- Dapat mengatur diri sendiri (industry)
- Berinteraksi dengan teman sebaya
- Harga diri meningkat dengan penguasaan ketrampilan baru
- Menyadari kekuatan dan keterbatasan
12 - 20 tahun
- Menerima perubahan tubuh
- Menggali tujuan untuk masa depan
- Merasakan positif tentang diri
- Berinteraksi dengan orang yang mereka anggap menarik secara seksual Pertengahan 20 – pertengahan 40
- Mempunyai hubungan intim dengan keluarga dan teman dekat
- Mempunyai perasaan stabil, positif tentang diri
Pertengahan 40 – pertengahan 60
- Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan
- Mengkaji kembali tujuan hidup
- Menunjukkan perhatian dengan penuaan Akhir usia 60 tahun
- Merasa positif tentang kehidupan dan maknanya
- Tertarik dalam memberikan legalitas bagi generasi berikutnya

a. Bayi
Yang dibutuhkan bayi pertama kali adalah pemberi perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Peran memberi perawatan ini dapat dipenuhi oleh ibu, ayah atau seseorang yang bertanggung jawab untuk merawat bayi. Jika bayi mengalami kesenangan, interaksi penuh kasih saying dengan pemberi perawatannya maka hal ini akan diingatnya dan diinternalisasikan ke dalam psikis bayi. Jika interaksinya tidak mamuaskan, menyakitkan, atau mengakibatkan frustasi maka ini akan terpisah dari psikis dan ditekan ke bawah sadar. Perasaan yang dipisahkan dan ditekan ini akan dikeluarkan dalam bentuk lain dalam kehidupan. Penting untuk selalu memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi karena konsistensi ini memungkinkan terbentuknya rasa saling percaya.
Pada awalnya bayi baru lahir semata-mata menyatakan perbedaan antara sensasi menyenangkan dan objek yang menyebabkan sensasi tersebut. Neonates tidak mempunyai rasa batasan diri yang jelas. Dunia luar adalah perluasan dari diri mereka. Hanya jika fungsi persepsi dan sensori matur maka bayi secara bertahap belajar tentang tubuh mereka. Bayi benar-benar tergantung pada orang dewasa untuk merawat kebutuhan dasar mereka. Jika kebutuhan seperti makan dan perawatan terpenuhi dengan cepat dan konsisten bayi mulai membentuk rasa percaya dengan dunia. Pengalaman positif membantu mereka meraih kepercayaan dalam diri mereka.
Penyapihan, kontak dengan orang lain dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Sejalan anak-anak mendekati ulang tahun yang pertama koordinasi dari pengalaman sensoris diinternalisasikan ke dalam citra tubuh mereka.
Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan seperti yang ditunjukkan oleh studi tentang bayi premature dalam incubator yang kurang dibuai, diayun dan dipeluk. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh. Penerimaan dan pengaturan tubuh di kemudian hari dan reaksi orang lain terhadap hal tersebut adalah cara kita melanjutkan pembentukan citra tubuh kita.

b. Todler
Anak usia bermain (1-3 tahun) lebih aktif dan mampu berinteraksi dengan orang lain. Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari ketergangungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka juga cenderung memandang orang lain dan diri mereka dalam istilah “semua baik” atau “semua tidak baik”. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas hygiene dasar. Anak usia bermain belajar mengkoordinasikan gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengkontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.
Sebagian dari diri mereka mungkin dipandang sebagai “permanen” sehingga tindakan memotong rambut atau menyiram limbah ke dalam toilet dapat menyebabkan stress karena semua itu adalah bagian dari diri mereka. Anak usia bermain tidak selalu mengetahui kapan mereka sakit, letih, terlalu dingin atau haus atau celananya basah. Anak usia bermain penuh dengan impuls, “mau kue…ambil kue!”. Tugas orang tua dan masyarakat untuk dengan lembut memberikan batasan pada perilaku yang diterima.

c. Usia prasekolah
Batasan tubuh, rasa diri, dan jender dari anak usia prasekolah menjadi lebih pasti bagi mereka karena perkembangan keingintahuan seksual dan kesadaran tentang perbedaan dengan orang lain dari jender yang sama atau yang berbeda. Mempelajari tentang tubuh, dimana mulainya dan mana akhirnya seperti apa tampaknya dan apa yang dilakukan adalah dasar untuk pembentukan konsep diri dan citra tubuh. Pertumbuhan kesadaran diri termasuk penemuan perasaan, misalnya anak usia sekolah belajar nama dari perasaan mereka. Mereka mulai belajar tentang bagaimana mereka mempengaruhi orang lain dan bagaimana orang lain berespon terhadap mereka. Mereka juga belajar dasar untuk mengkontrol perasaan dan perilaku. Konsep tentang tubuh direfleksikan dalam cara anak-anak berbicara, bergerak, membuat gambar, dan bermain. Anak-anak mulai menguji peran dan meniru orang seperti yang mereka identifikasi dengan orang tua sesame jenis kelamin atau anggota keluarga.
Anak-anak merasa kecil dalam hubungannya dengan orang dewasa. Mereka menetapkan pandangan negative atau positif tentang diri mereka. Mereka mendengar dan mengalami emosi dan pernyataan dari orang lain, terutama orang tua, tentang diri mereka sebagai individu. Mereka juga mendengar tentang hal dan peristiwa di sekitar mereka. Ketika pengalaman ini terulang beberapa kali mereka mulai membentuk pola yang diharapkan. Anak-anak menginternalisasi pandangan dari orang lain sebagai bagian dari diri mereka. Mereka kemudian berperilaku untuk memenuhi pandangan tersebut. Misalnya orang tua menganggap anak cenderung tertarik dengan hal-hal mekanik, maka anak bertindak memenuhinya dengan mengumpulkan benda-benda atau memperbaiki sesuatu. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Keluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negative pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri, dan orang tersebut pada masa dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.

d. Anak Usia Sekolah
Sampai anak-anak bersekolah konsep diri dan citra tubuh terutama didasarkan pada sikap orang tua. Di sekolah orang lain menunjang terbentuknya konsep diri dan citra diri. Hal ini akan memberi efek penyelaras bagi anak-anak yang keluarganya sangat kritis atau akan menjadi negative jika anak mengalami lingkungan pendidikan yang negative.
Dengan anak memasuki usia sekolah pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, social dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentang perhatian meningkat, dan aktivitas membaca memmungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku, dan tempat lain. Melalui permainan anak-anak berinteraksi dengan teman sebaya, mengembangkan keterampilan motorik dan intelektual tambahan. Anak-anak mengekspresikan perasaan melalui permainan, literature, gambar, dan musik. Perawat dapat menggunakan hal ini untuk mendapatkan petunjuk dalam konsep diri anak-anak. Dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah, kesadaran diri tentang perkembangan kekuatan dan keterbatasan diri makin besar. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan social.

e. Remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional dan social. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran dan nilai baru, harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah factor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Anak remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka tentang diri mereka. Perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam persepsi diri dan penggunaan tubuh. Anak remaja menghabiskan banyak waktu di depan cermin untuk hygiene, berdandan dan berpakaian dimana mereka mencari perbaikan dari penampilan mereka sebanyak mungkin. Distress yang besar dirasakan tentang ketidaksempurnaan tubuh yang dicerap.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas. Pengamanan diri mempunyai efek yang penting. Pengalaman positif pada masa anak-anak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negative sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negative menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebih menyulitkan lagi.
Anak remaja mungkin terlalu menekankan penampilan. Hidung yang mancung, telinga yang besar, tubuh pendek atau kerangka tubuh yang besar mengakibatkan remaja menilai buruk terhadap dirinya. Jika anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh mereka, mereka akan mencoba untuk berkompetensi melalui olah raga, keberhasilan dari hobi atau akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat atau alcohol atau kelompok teman untuk meningkatkan prestise. Kompensasi mungkin berkaibat cukup negative atau positif, bergantung pada penerimaan masyarakat dari aktivitas tertentu tersebut.
Anak remaja juga mulai menunjukkan pada teman dengan jenis kelamin berbeda dengan cara baru dan minat yang lebih meningkat. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi mereka dan kemana mereka pergi.

f. Dewasa Muda
Meski pertumbuhan fisik telah berhenti, perubahan kognitif, social dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda (awal 20 tahunan sampai pertengahan 40 tahunan) adalah periode untuk memilih, adalah periode untuk menetapkan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Konsep diri dan citra tubuh menjadi relative stabil dalam masa ini.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi social dan penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasrkan standar social. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.

g. Dewasa Tengah
Perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih dan varises menyerang usia dewasa tengah. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengaruhi citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri. Orang menyadari bahwa mereka tampak lebih tua dan mereka munkin merasakan juga bahwa mereka menjadi lebih tua. Pekerjaan mungkin sangat menegangkan jika orang dengan usia dewasa tengah merasa bahwa stamina, daya tahan, dan ketegapan mereka menurun untuk manghadapi tugas. Tingkat energi yang menurun ini sering menjadi akibat dari penurunan metabolisme basal dan penurunan tonus otot.
Penyakit atau kematian orang yang dicintai dapat menimbulkan perhatian tentang kematian diri sendiri. Individu usia dewasa tengah dapat merasa minder dengan orang muda karena gambaran diri tentang tubuh yang kuat dan sehat dengan energy yang tidak terbatas telah digantikan dengan gambaran diri yang mencerminkan perubahan penuaan. Kesulitan dalam menerima kemudaan juga disebabkan oleh ketakutan tentang efek menopause, cerita tentang seksualitas dan social serta tekanan dari media iklan yang menggambarkan kemudaan.
Usia dewasa tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Hal ini disebut krisis usia baya. Evaluasi ulang ini dapat mencakup pilihan tentang karier dan perkawainan. Jalan keluar yang berhasil mencakup integrasi kualitas baru ke dalam konsep diri. Sebagian besar orang secara bertahap menyesuaikan diri dengan tubuh mereka yang berubah dengan lambat dan menerima perubahan sebagai bagian dari kematangan. Orang dengan kedewasaan emosional menyadari bahwa mereka tidak dapat kembali menjadi muda dan menghargai bahwa masa lalu dan pengalaman mereka sendiri adalah valid dan bermakna. Orang usia dewasa tengah yang menerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.

h. Lansia
Perubahan fisik pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Osteoporosis yang adalah penurunan kepadatan dan massa tulang, dapat meningkatkan risiko fraktur atau menciptakan “punuk dowager”.
Penurunan ketajaman pandangan adalah factor yang mempengaruhi lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Proses normal penuaan menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan. Kehilangan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian karena lansia menyadari bahwa mereka tidak lagi menyadari semua yang terjadi atau yang diucapkan. Kecurigaan, mudah tersinggung, tidak sabar, atau menarik diri dapat terjadi karena kerusakan pendengaran. Sering lansia memandang alat bantu dengar sebagai ancaman lain terhadap citra tubuh. Bagi banyak lansia kacamata lebih diterima secara social karena kacamata digunakan oleh semua kelompok usia, tetapi alat bantu dengar dianggap sebagai bukti langsung dari usia. Penyesuaian diri terhadap penggunaan alat bantu dengar sulit terjadi .Jika motivasinya rendah alat bantu dengar dapat ditolak.
Kehilngan tonus kulit dengan disertai keriput dan penampilan dapat mempengaruhi harga diri dan menyebabkan lansia merasa jelek dalam masyarakat yang menghargai kemudaan dan kecantikan. Kultur barat tidak terlalu mendiskriminasikan usia dan penampilan yang ditujukan pada pria daripada ditujukan pada wanita.
Aktivitas seksual mungkin menghilang sejalan dengan pertambahan usia, meskipun kemampuan untuk melakukannya tetap ada. Sering lansia tidak melakukan aktivitas seksual karena mereka tidak mempunyai pasangan. Perubahan dalam citra tubuh dapat mengganggu aktivitas seksual karena penolakan yang diantisipasi atau yang dirasakan oleh pasangan atau karena ketakutan tentang ketidakmampuan untuk melakukannya meskipun sebagian besar riset menunjukkan bahwa tidak ada rintangan fisik.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu di mana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri mereka dan dunia membantu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering membantu lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan. Konsep diri juga dipengaruhi oleh status kesehatan yang dirasakan orang tersebut saat ini.

Tidak ada komentar: