Jumat, 22 Mei 2009

KONSEP DIRI

GANGGUAN KONSEP DIRI

1. Gangguan Gambaran Diri/Citra Diri
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala:
a. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :
o Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
o Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
o Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
o Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
o Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
o Mengungkapkan keputusasaan.
o Mengungkapkan ketakutan ditolak.
o Depersonalisasi.
o Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2. Gangguan Ideal Diri
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas dan cenderung menuntut.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena sakit maka ideal dirinya dapat terganggu. Atau ideal diri klien terhadap hasil pengobatan yang terlalu tinggi dan sukar dicapai.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
• Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misalnya : saya tidak bisa ikut ujian karena sakit, saya tidak bisa lagi jadi peragawati karena bekas operasi di muka saya, kaki saya yang dioperasi membuat saya tidak main bola.
• Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa sembuh pada hal prognosa penyakitnya buruk; setelah sehat saya akan sekolah lagi padahal penyakitnya mengakibatkan tidak mungkin lagi sekolah.
3. Gangguan Harga Diri
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional ( trauma ) atau kronis ( negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama ). Dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata).
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena terjadi sesuatu (korban perkosaan, ditiduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
• Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan pemasangan alat yang tidak sopan (pengukuran pubis, pemasangan kateler pemeriksaan perincal)
• Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
• Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
• Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
• Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
• Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
• Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
• Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
• Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Manifestasi harga diri rendah:
• Kehilangan nafsu makan
• Kehilangan berat badan
• Makan yang berlebih/tidak mau makan
• Gangguan tidur
• Perubahan perilaku
• Perasaan tidak berharga, dll
Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
a. Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain.
Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
b. Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
c. Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
d. Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
e. Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan
seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma.
4. Gangguan Peran
Gangguan penampilan peran adalah berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan oleh penyakit, proses menua, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada klien yang sedang dirawat di rumah sakit otomatis peran sosialo klien berubah menjadi peran sakit. Peran klien yang berubah adalah :
- Peran dalam keluarga
- Peran dalam pekerjaan/sekolah
- Peran dalam berbagai kelompok
Klien tidak dapat melakukan peran yang biasa dilakukan selama dirawat di rumah sakit atau setelah kembali dari rumah sakit, klien tidak mungkin melakukan perannya yang biasa.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
• Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan peran
• Mengingkari atau menghindari peran
• Kegagalan menjalankan peran yang baru
• Ketegangan menjalankan peran yang baru
• Kurang tanggung jawab (kemunduran pola tanggung jawab dalam peran)
• Apatis/bosan/jenuh dan putus asa
• Proses berkabung yang tidak berfungsi
Faktor-faktor gangguan peran tersebut dapat di akibatkan oleh :
• Konflik peran interpersonal
• Individu dan lingkungan tidak mempunyai harapan peran yang selaras.
• Contoh peran yang tidak adekuat.
• Kehilangan hubungan yang penting
• Perubahan peran seksual
• Keragu-raguan peran
• Perubahan kemampuan fisik untuk menampilkan peran sehubungan dengan
• Proses menua
• Kurangnya kejelasan peran atau pengertian tentang peran
• Ketergantungan obat
• Kurangnya keterampilan social
• Perbedaan budaya
• Harga diri rendah
• Konflik antar peran yang sekaligus diperankan
5. Gangguan Identitas Diri
Gangguan identitas adalah kekaburan/ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh dengan keragu-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
• Tidak ada percaya diri
• Sukar mengambil keputusan
• Ketergantungan
• Masalah dalam hubungan interpersonal
• Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
• Projeksi (menyalahkan orang lain)
Pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas diri dapat terganggu karena:
• Tubuh klien dikontrol oleh orang lain. Misalnya pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan persetujuan klien.
• Ketergantungan pada orang lain. Misalnya : untuk “self-care” perlu dibantu orang lain sehingga otonomi/kemandirian terganggu.
• Perubahan peran dan fungsi. Klien menjalankan peran sakit, peran sebelumnya tidak dapat dijalankan

Tidak ada komentar: