Selasa, 18 Agustus 2009

Terapi Musik Bagi Kesehatan

Rosiana Dewi
19 Agustus 2009

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah artikel mengenai Efek Mozart. Saya penasaran benarkah musik klasik dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien. Berawal dari rasa penasaran itu saya memberanikan diri mengajukan topik “pengaruh musik klasik terhadap kecemasan pasien pre operasi” untuk skripsi saya waktu itu, namun sayang sekali dosen tidak memberikan persetujuan untuk topik yang saya ajukan itu dan kemudian saya melakukan penelitian dengan topik lain. Meskipun demikian saya tetap sangat tertarik dengan terapi musik. Saya terus mencari referensi bahkan saya mencoba untuk menelusuri satu demi satu judul-judul musik klasik yang diduga memiliki pengaruh terhadap kesehatan. Pachabel’s Canon in D Mayor, adalah salah satu kesukaan saya yang ternyata juga diduga memiliki pengaruh untuk menurunkan kecemasan, denyut jantung dan tekanan darah.
Awalnya saya tidak tahu bahwa Efek Mozart hanya salah satu bagian kecil dari terapi musik. Waktu itu saya berpikir hanya musik klasik saja yang punya pengaruh terhadap kesehatan, ternyata ada berbagai macam metode dan jenis musik yang dapat digunakan sebagai terapi untuk kesehatan baik fisik maupun mental. Karena itu terapi musik mulai banyak digunakan untuk mendampingi terapi medis. Dalam bidang kedokteran, terapi musik dikenal sebagai Complementary Medicine yang dapat digunakan untuk meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional, maupun spritual dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.
Dibandingkan dengan terapi musik, Efek Mozart hanya bertahan beberapa menit, berpengaruh terbatas pada kemampuan spasial-temporal, dan belum dilaporkan dampak efek ini bagi kesehatan secara umum. Sedangkan terapi musik dampaknya lebih berkepanjangan (long-last), berpengaruh terhadap keseluruhan kemampuan (multiple), dan banyak laporan kemajuan kesehatan akibat intervensi terapi musik.
Klien dalam suatu sesi terapi musik biasa diajak bernyanyi, belajar main musik, bahkan membuat lagu singkat, atau dengan kata lain terjadi interaksi yang aktif dengan musik, dan bukan hanya mendengarkan secara pasif seperti yang terjadi pada efek Mozart. Keaktifan dan kepasifan pelaku terhadap musik inilah yang membedakan terapi musik pada umumnya dengan efek Mozart. Selain itu, pada terapi musik, musik yang digunakan sangat beragam dan tidak terbatas hanya pada musik Mozart saja.
Pengertian Terapi Musik
Beberapa pengertian terapi musik antara lain:
1. Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis yang terakreditasi untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual.
2. Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistimatis, terkontrol dan terarah didalam :
o Menyembuhkan
o Merehabilitasi
o Mendidik dan
o Melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan fisik, mental, atau emosional.
3. Terapi musik adalah suatu kegiatan dalam belajar yang mempergunakan musik untuk mencapai tujuan-tujuan seperti :
o Merubah tingkah laku
o Menjaga/memelihara agar tingkah laku atau kemampuan yang telah dicapai tidak mengalami kemunduran
o mengembangkan kesehatan fisik dan mental.
4. Terapi musik adalah suatu disiplin ilmu yang rasional yang memberi nilai tambah pada musik sebagai dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni ilmu pengetahuan dan emosi (perasaan cinta, kasih sayang, dan lain sebagainya).

Musik Dan Fungsi Otak
Otak manusia, termasuk otak bayi, terdiri dari belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Otak ini mulai terbentuk pada awal kehamilan dan berkembang dengan pesat sampai bayi lahir. Belahan otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik yang terdiri dari berbicara-kemampuan tata bahasa, baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, peristiwa) logika, angka, analisis, dll. Belahan otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, dan pengembangan kepribadian.
Agar bayi/anak tubuh dan berkembang menjadi individu atau manusia seutuhnya, harus ada keseimbangan antara fungsi otak kiri dan fungsi otak kanannya. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemui seorang individu cenderung lebih mengembangkan salah satu sisi otak saja, biasanya otak kiri yang berhubungan dengan kecerdasan, tidak diimbangi dengan perkembangan otak kiri yang sebenarnya juga sama pentingnya. Salah satu sebabnya diduga akibat kekurangtahuan orangtua, guru, dll. Seperti juga dikemukakan oleh seorang pakar “Parent Education” USA yaitu SUE TREFFEISSEN. All parents wants to be good parents but most parents just don’t have the information that they need to know how their children are growing and developing.
Jadi sebenarnya belahan otak kiri dan otak kanan bila bekerja sama akan saling memperkuat. Oleh karenanya disarankan kepada orang tua untuk merangsang perkembangan otak anak tidak hanya otak kiri saja, melainkan secara bersamaan juga otak kanannya. Dengan kata lain orang tua perlu merangsang sejak dini kecerdasan mental (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) anak-anaknya.
Musik dan Fisiologi Jantung, Pembuluh Darah dan Ansietas
Penggunaan musik di rumah-rumah sakit masa kini mulai banyak, hal ini disebabkan efek musik yang menenangkan dan menyenangkan pasien, sehingga berakibat pada perbaikan kondisi kesehatan, khususnya jantung dan pembuluh darah.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui dampak terapi musik terhadap ansietas, detak jantung, dan tekanan darah arteri terhadap 101 subyek yang menunggu untuk kateterisasi jantung. Ketiga variabel ini diukur setelah pasien diterapi dengan musik dan tepat sebelum pasien dipindahkan ke laboratorium. Terjadi penurunan ansietas yang berarti pada kelompok subjek dibandingkan kelompok kontrol dan detak jantung serta tekanan darah arteri kelompok ini turun, sementara pada kelompok kontrol naik.
Hal yang sama terjadi pada sekelompok mahasiswa yang menghadapi stres kognisi karena diharuskan presentasi oral. Tingkat ansietas, denyut jantung, dan tekanan darah sistolik meningkat tajam akibat stressor tersebut. Para mahasiswa ini diterapi dengan musik Pachebel’s Canon in D Major dan didapatkan penuruan variabel diatas, disertai peningkatan kadar IgA saliva dibanding kondisi basal.
Terapi musik telah banyak diterapkan untuk menurunkan ansietas, denyut jantung, dan tekanan darah. Meskipun tidak semua penelitian yang dilakukan tersebut mendapatkan hasil yang diharapkan, namun kebanyakan telah membuktikan bahwa musik memang baik bagi fisiologi jantung dan pembuluh darah. Lebih lanjut, terapi musik telah dianjurkan bersama bentuk terapi lain seperti yoga, meditasi, olahraga, dan diet sebagai terapi pelengkap bagi pasien penderita penyakit jantung.
Musik Bagi Ibu hamil dan Ibu Sesudah Melahirkan
Terapi musik adalah suatu bentuk kegiatan yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyi secara terpadu dan terarah didalam membimbing ibu-ibu tersebut selama masa kehamilan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan:
o Relaksasi bagi ibu-ibu hamil
o Stimulasi dini pada janin
o Menjalin keterikatan emosional antara ibu hamil dan janinnya.
Banyak manfaat yang didapat dari terapi musik bagi ibu-ibu hamil / ibu-ibu sesudah melahirkan dalam mempersiapkan janin menjadi anak cerdas dan berkualitas
1. Bagi ibu hamil / ibu sesudah melahirkan maupun janin / bayi, terapi musik dapat menimbulkan reaksi psikologis, karena musik dapat menenangkan (relaksasi) dan juga memberikan rangsangan (stimulasi).
2. Melalui kegiatan terapi musik dapat menyongsong masa depan bayi / anak yang lebih cemerlang, karena untuk menghadapi era globalisasi dibutuhkan individu-individu yang memiliki ketrampilan otak.
3. Kegiatan terapi musik dapat membantu ibu-ibu hamil agar tetap dapat mempertahankan keseimbangan antara kesehatan jasmani, pikiran, dan emosi. Musik menurut pendapat Yuliette Alvin seorang pakar Terapi Musik adalah sebagai berikut “Music is a means of communication and in this simple truth lies the tremendous therapeutic value of music”
4. Melalui rangsangan-rangsangan musik yang diperdengarkan kepada janin / bayi secara teratur, maka dapat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut kelak dikemudian hari
5. Dalam diri anak kelak akan tumbuh kepribadian yang kuat dan ia mampu menyerap banyak hal
6. Ia dapat meresapi musik, berarti ia juga mampu memahami perasaan orang lain.
Neonatus, Pediatri dan Adolesens
Musik secara statistik signifikan dan penting secara klinis bagi kebaikan bayi-bayi prematur di NICU ( Neonatal Intensive Care Unit ). Penelitian dengan menggunakan lagu “Lullaby” diterapkan pada bayi-bayi prematur non-nutritive sucking dengan pola 2 menit keheningan dan 5 menit lagu sebagai latar belakang ( contingent music ).
Ditemukan bahwa pada kondisi musik, sucking rate bayi-bayi itu 2,46 kali lebih banyak daripada kondisi hening. Penelitian ini berkesimpulan bahwa musik berperan secara signifikan dalam perkembangan sucking rates non-nutritive bayi-bayi prematur.
Penelitian lain di Ohio mencoba mengukur dampak musik terhadap ansietas, rasa sakit, dan tekanan darah pada anak-anak usia 4-6 tahun yang berobat gigi. Meskipun tidak ditemukan hasil bahwa musik dapat mengurangi semua variabel tersebut di atas, namun anak-anak tersebut senang untuk mendengarkan musik selama kunjungan ke dokter gigi.
Tidak tertutup kemungkinan bagi remaja untuk ikut serta dalam kelompok terapi musik. Hal ini terlihat pada anak-anak remaja di New York yang diikutsertakan dalam kelompok-kelompok terapi musik, baik aktif maupun pasif selama 4 bulan, dengan harapan bahwa sesudahnya dapat terjadi perubahan perilaku. Hasilnya meningkat secara berarti dengan berkurangnya skala agresifitas dan kenakalan. Mereka berkesimpulan bahwa kelompok terapi musik dapat memfasilitasi proses ekspresi diri pada remaja yang terganggu emosi/pembelajarannya dan menyediakan wadah untuk mengubah frustasi, kemarahan, dan agresi menjadi kreativitas dan penguasaan diri.
Musik Untuk Alzheimer dan Geriatri
Alzheimer adalah penyakit yang biasanya menjangkiti para lansia dan ditandai dengan kesulitan berbicara, berjalan, dan demensia. Dengan kemunduran segala fungsi tubuh dan berkurangnya interaksi sosial, para penderita Alzheimer dapat mengalami penurunan kualitas hidup. Musik terbukti memperbaiki fisiologi tubuh mereka yang ditandai cukupnya partisipasi, senyuman, kontak mata, dan umpan balik verbal untuk menyatakan perasaan.
Berdasarkan pengamatan di kliniknya, Concetta Tomaino, direktur program terapi musik pada rumah sakit Beth Abraham di New York melihat musik mampu "menggali" ingatan pasien-pasiennya. Ia juga pernah mencoba pada pasien Alzheimer yang kemampuan berpikirnya hampir hilang sama sekali. Ketika ia memainkan musik yang dikenal oleh pasien sewaktu masih muda, tiba-tiba pasien tersebut jadi ingat akan tempat dan orang-orang yang pernah dikenalnya.
Musik dapat menambah kualitas hidup dengan menolong penderita sehingga mempunyai perilaku sosial yang lebih baik. Beberapa penelitian serupa terhadap para lansia penderita demensia telah dilakukan untuk mengurangi agitated behavior.
Di Finlandia, para lansia, khususnya para veteran perang, dikumpulkan dalam suatu grup terapi musik tempat mereka dapat bercerita, membagi satu sama lain dan mengungkapkan perasaan mereka melalui musik dengan aman dan tanpa luapan amarah. Musik diyakini memiliki kemampuan mempengaruhi emosi sesorang dan dapat membantu mengekspresikannya, namun dalam batas tertentu dan tidak lepas kendali.
Pada kasus lain, diteliti pengaruh bermain alat musik keyboard terhadap para lansia penderita Osteoartritis selama 20 menit tiap sesi, 4 kali seminggu dalam 4 minggu. Sebelum dan sesudah perlakuan, dievaluasi dengan finger pinch meter dan jangkauan gerakan para penderita, serta ketidaknyamanan akibat artritis juga diukur.
Hasil yang didapat menunjukkan pengaruh positif bermain keyboard terhadap finger pinch meter dan jangkauan gerakan, kurangnya ketidaknyaman pada beberapa pasien, meningkatnya kekuatan dan kelincahan jari pada beberapa pasien lain serta meningkatnya perasaan senang dan sosialisasi di antara lansia.
Masih banyak lagi penelitian tentang efek musik terhadap Alzheimer dan kebanyakan mendapatkan hasil yang positif. Walaupun belum dapat diklaim bahwa musik dapat menyembuhkan Alzheimer secara total, namun terbukti bahwa musik dapat meningkatkan keadaan pasien secara fisik maupun sosial.
Musik Untuk Perawatan Kanker
Terapi komplementer dan alternatif, khususnya musik, mulai banyak digunakan disamping terapi mainstream (utama), hal ini bermanfaat untuk symptom management, mengurangi sakit dan mual karena kanker serta meningkatkan kualitas hidup.
Beberapa teknik terapi musik yang dapat dilakukan termasuk teknik vocal, pendengaran, dan teknik instrumental. Teknik ini memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi perasaan dan emosi berkaitan dengan pengalaman rasa sakit. Sepuluh pasien Onkologi dewasa mengikuti 8 sesi terapi musik selama 10 minggu, terapi musik yang digunakan bersifat aktif dan pasif.
Mood State dan kohesifitas dalam kelompok diukur sebelum dan sesudah sesi, dan terjadi peningkatan signifikan pada mood state, namun tidak pada kohefisitas kelompok. Hal ini menyiratkan bahwa terapi musik dapat digunakan untuk membantu pasien penderita kanker, setidaknya secara psikologis. Terapi musik juga dimanfaatkan untuk menolong pasien kanker anak-anak. Walaupun tidak dapat menyembuhkan, setidaknya musik dapat menolong anak-anak tersebut sehingga memiliki kehidupan sosial yang lebih baik.
Musik dan Kinerja Fisik
Dua orang pakar Fisiologi dari Perancis, La Salpeètière dan Féré mengukur pengaruh musik terhadap kapasitas kerja fisik manusia. Penemuan pertama menunjukkan bahwa irama merupakan stimuli terkuat terhadap kinerja fisik, sementara dari penemuan kedua ditemukan bahwa efek stimuli musik dipengaruhi oleh kebebasan irama dan intensitas nada-nada musikal yang dimainkan. Nada-nada tinggi terbukti menghasilkan efek yang lebih besar daripada nada-nada rendah.
Musik dan Stroke
Di pusat rehabilitasi di Amerika, para pasien stroke disuruh berbaris sambil mendengarkan musik berirama march lewat walkman. Ternyata, jenis musik ini mampu menstimulasi otak. Tujuan perawatan ini agar si pasien terbiasa dengan irama dan kebutuhan telinga dalam bisa terpenuhi. Dengan ini, lama kelamaan mereka dapat bergerak normal lagi walau tanpa musik. Hasil penyelidikan menunjukkan, kemampuan koordinasi motorik otak yang terlatih tadi lama kelamaan akan menunjukkan perbaikan.
Musik dan Nyeri
Seorang peneliti dari Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya melakukan penelitian mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan intensitas nyeri akibat perawatan luka bedah abdomen. Salah satu permasalahan yang sering terjadi saat perawatan luka adalah nyeri. Untuk itu perlu dicari atau diupayakan alternatif penanganan terhadap nyeri yang terjadi, agar perawatan luka dapat dilakukan secara optimal. Pada penelitian ini sejumlah responden diperdengarkan musik melalui earphone pada saat perawatan luka bedah abdomen dilakukan. Kemudian peneliti akan mengobservasi wajah, kegelisahan, gerakan otot, vokalisasi, dan ketenangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol intensitas nyeri yang paling banyak adalah nyeri sedang, sedangkan pada kelompok perlakuan intensitas nyeri paling banyak adalah nyeri ringan. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan nyeri pada saat perawatan luka bedah abdomen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka terapi musik dapat dimanfaatkan sebagai intervensi penanganan nyeri pada pasien yang menjalani perawatan luka bedah abdomen.
Musik dan DNA
Contoh lain yang cukup mengejutkan adalah penelitian terhadap DNA. Melalui suara yang diberikan, sangat mungkin untuk menghambat proses ulang-alik biosintesis protein, purin, dan pirimidin dalam kehidupan sel, yang mengakibatkan perubahan DNA. Meningkatnya polusi suara dalam kehidupan modern ini ditengarai berpengaruh juga terhadap perubahan DNA sehingga penelitian terhadap perubahan DNA memperoleh perhatian yang serius.
Kesimpulan
Seorang Direktur Cancer Treatment Centers of America, Katherine Puckett mengatakan "Musik dapat mengaktifkan syaraf menjadi rileks sehingga membantu pernapasan pasien menjadi lebih baik. Selain itu, musik mengurangi risiko serangan jantung, membuat tekanan darah lebih normal, dan membuat otot lebih rileks. Pada pasien kanker, musik membantu mereka tidur lebih nyenyak karena biasanya pasien kanker memiliki gangguan tidur. Semua orang pasti suka musik. Kamu tak akan sakit jika suka musik. Musik membuat rileks, nyaman, dan tenang. Tubuh yang rileks bisa membantu mengurangi rasa sakit."
REFERENSI
1. Anonim, Terapi Musik Hilangkan Depresi, http://www.dechacare.com.
2. Qauliyah, A., 2006, ILMIAH : Efek Mozart dan Terapi Musik dalam Dunia Kesehatan, http://www.tempo.co.id.
3. Shocker, M., 2007, Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri Akibat Perawatan Luka Bedah Abdomen di Badan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit Umum Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar. Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, www.scribd.com
4. Widodo, I., 2000, Cerdas Dengan Terapi Musik, http://www.pdpersi.co.id.

Jumat, 14 Agustus 2009







Menyenangkan sekali melihat gambar-gambar ini, ya ga? Gambar-gambar keluarga bahagia. Tapi jaman sekarang, susah rasanya bisa berkumpul bersama keluarga menikmati waktu bersama, meskipun hanya untuk menonton tv bersama, atau bersepeda bersama... Boro-boro piknik, makan bersama keluarga pun sulit untuk dilakukan di jaman sekarang. Masing-masing dari kita tenggelam dengan kesibukan masing-masing sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk keluarga menjadi berkurang.
Hai...teman... jangan sampai kita lupa... keluarga adalah orang pertama yang mendukung kita dalam karir dan pekerjaan kita. Mereka layak mendapatkan perhatian besar dari kita.
Eits...bukan cuma sampai di situ...mari kita renungkan lebih dalam...dan lebih dalam lagi...Di atas semua itu...ada Tuhan yang mengasihi kita,kita di selamatkan, dipimpin, dilindungi, bahkan tangan-Nya tak pernah lepas dari kita. Tuhan mengasihi kita jauh melebihi siapapun di dunia ini....Tuhan bahkan lebih layak mendapatkan waktu dan tempat terbaik dari kita....
Sediakan waktu untuk bertemu denganNya...seperti kita sediakan waktu khusus untuk keluarga. Setiap hari...!!
Jangan sampai kesibukan kita merebut waktu terindah kita untuk keluarga dan untuk Tuhan... GBU